Thursday 17 March 2011

Rawatan.

Ruwat merupakan warisan kebudayaan yang sudah dikenal masyarakat Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama, beberapa abad silam, sebelum agama Islam masuk ke tanah Jawa.
Tradisi ruwat sebetulnya memiliki arti “pelepasan” dan dimaksudkan untuk membebaskan manusia dari segala bentuk nasib buruk, sial serta marabahaya melalui penyelenggaraan sebuah upacara. Ruwat sangat dekat dengan dunia mistis dan tidak bisa lepas dari pengaruhi ghaib dalam pelaksanaannya. Daya mistis yang ditimbulkan dari ritual ini akan melindungi dari kejahatan yang akan merusak atau mencelakakan diri manusia. Maka ruwatan dianggap sebagai solusi terampuh menurut kepercayaan masyarakat Jawa pada jaman dulu.
Asalmula adanya Tradisi Ruwat
Pengaruh kepercayaan yang begitu kuat terhadap hal-hal mistis dan cerita mitos tentang dewa-dewa dinegeri khayangan yang tumbuh didalam masyarakat Jawa melahirkan beragam teori yang diyakini secara turun temurun menjadi salah satu kepercayaan warisan. Setiap generasi akan selalu menurunkan kepercayaan-kepercayaan itu ke generasi berikutnya.
Mereka sering menghubungkan suatu kejadian dengan kejadian yang lain yang dianggap sebagai dampak suatu fenomena. Kejadian diawali dengan kesalahan dan kesalahan yang murni dilakukan oleh manusia ini menjadikan manusia akan tertimpa dampaknya suatu saat nanti, capat atau lambat.
Dari teori tersebut menjadi dasar dilakukannya sebuah ritual. Upacara ritual yang dilakukan untuk menghindarkan diri dari dampak yang ditimbulkan akibat kesalahan manusia oleh masyarakat Jawa disebut sebagai Ruwatan.
Dari bentuk tatacara, lafal doa dan mantera dalam upacara Ruwatan dapat diketahui bahwa tradisi ruwat merupakan bawaan dari budaya agama Hindu dan Budha yang telah masuk ke Indonesia. Ada beberapa tokoh dewa-dewa yang mengilhami masyarakat Jawa dalam acara ruwatan. Adanya keberadaan Bethara Kala, Bethara Wisnu, Bethari Durga, Bethara Guru sebagai sosok dewa. Dan Sukerta sebagai sosok manusia yang tertimpa kesialan yang harus diruwat.
Dalam ritual ruwatan yang sering digelar masyarakat Jawa, hubungan tokoh-tokoh tersebut adalah sebagai berikut:
Bethara Guru adalah sosok dewa yang mengetuai semua Dewa, dalam cerita pewayangan Bethara Guru memiliki sifat baik. Bethara Guru mempunyai istri yang bernama Bethari Durga, dewi yang paling mengerikan dari semua dewa yang ada, bahkan Bethara Guru pun segan terhadapnya.
Alkisah berawal ketika sore hari Bethara Surya (Dewa Matahari) hampir tenggelam di ufuk barat muncullah pembiasan cahaya dilangit nampak kuning semburat merah indah, ketika cahayanya mengenai daratan, menambah keindahan pada dedaunan yang terhampar dialam semesta. Peristiwa ini disebut sebagai Sandyakala (ada yang menyebutnya Candikala).
Saat terjadinya Sandyakala ini, Bethara Guru bersama Dewi Uma sedang terbang melanglang buwana, mereka terpesona dengan keindahan alam yang terkena Sandyakala, hingga Bethara Guru tidak dapat menahan nafsu gairahnya terhadap Dewi Uma, namun Dewi Uma menolak untuk berhubungan badan, hingga jatuhlah sperma (setya) Bethara Guru ke tengah laut. Yang akhirnyaSetya tadi menjelma menjadi janin.
Atas perintah Bethara Guru, diutuslah Bethara Brama untuk mengakhiri hidup setya tersebut. Ketika akan dibakar setya tersebut malah berubah menjadi raksasa setara dewa dan bergelarBethara Kala, singkatnya Bethara Brama gagal untuk melenyapkan setya yang disebut sebagaikama salah tersebut. Dewi Uma kemudian dikutuk oleh Bethara Kala menjadi Durga. Dalam tradisi pewayangan kejadian ini disebut “kama salah kendang gumulung”. Ketika raksasa ini menghadap ayahnya (Bethara Guru) untuk meminta makan, oleh Bethara Guru diberitahukan agar memakan manusia Sukerta.
Sukerta yang dimaksud adalah sosok manusia yang terdapat kesialan karena sebab-sebab tertentu yang menjadikannya sebagai mangsa dari Bethara Kala. Sukerta sebagai calon korban dari Bethara Kala ini mendapatkan jalan keluar dari masalah yang mengancam jiwanya dengan mendapatkan dewa penolong yaitu Dewa Wisnu sebagai Dewa Pangreksa (Dewa Pemelihara). Dewa Wisnu mengemban tugas dari Bethara Guru untuk mengajarkan kepada manusia tentang mantra-mantra, doa tolak bala’ dan mengajarkan Ruwat Mala untuk menghilangkan kesialan pada para Sukerta. Atas dasar inilah, agar tak termakan Sang Bethara Kala ini diperlukan ritual Ruwatan.

No comments:

Post a Comment